Minggu, 27 Oktober 2013

Sejarah PERSIJA JAKARTA

Persija didirikan pada 28 November 1928, dengan cikal bakal bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ). VIJ merupakan salah satu klub yang ikut mendirikan Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan keikutsertaan wakil VIJ, Mr. Soekardi dalam pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, Sabtu 19 April 1930
Pada zaman Hindia Belanda, nama awal Persija adalah VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra). Pasca-Republik Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan, VIJ berganti nama menjadi Persija (Persatuan sepak bola Indonesia Jakarta). Pada saat itu, NIVU (Nederlandsch Indisch Voetbal Unie) sebagai organisasi tandingan PSSI masih ada. Di sisi lain, VBO (Voetbalbond Batavia en Omstreken) sebagai bond (perserikatan) tandingan Persija juga masih ada.
Dengan keunikan tersebut maka tak jarang kita sering mendengar yang namanya VIJ (Voetbalbond Indonesia Jacatra) atau VBO (Voetbalbond Batavia Omstraken) di daerah Batavia tempo dulu. Perlu diingat mereka bukanlah sebuah klub tapi mereka semacam tim nasional yang mewakili Batavia atau orang pribumi bilang Jacatra di ajang sepakbola tertinggi yang mewakili daerahnya 
Terlepas dari takdir atau bukan, seiring dengan berdaulatnya negara Indonesia, NIVU mau tidak mau harus bubar. Mungkin juga karena secara sosial politik sudah tidak kondusif (mendukung). Suasana tersebut akhirnya merembet ke anggotanya, antara lain VBO. Pada pertengahan tahun 1951, VBO mengadakan pertemuan untuk membubarkan diri (likuidasi) dan menganjurkan dirinya untuk bergabung dengan Persija. beberapa klub anggota VBO keluar dan memilih bergabung dengan Persija Kemudian VBO sebagai induk sepakbola dari kalangan kumpeni pun bubar dengan sendirinya ditahun 1951.
Dalam turnamen segitiga persahabatan, gabungan pemain bangsa Indonesia yang tergabung dalam Persija "baru" itu berhadapan dengan Belanda dan Tionghoa. Inilah hasilnya: Persija (Indonesia) vs Belanda 3-3 (29 Juni 1951), Belanda vs Tionghoa 4-3 (30 Juni 1951), dan Persija (Indonesia) vs Tionghoa 3-2 (1 Juli 1951). Semua pertandingan berlangsung di lapangan BVC Merdeka Selatan, Jakarta.
Sempat menjadi jawara di era Perserikatan, klub ini semakin bersinar di era sepakbola profesional, setelah mendapat dukungan dan perhatian yang besar dari Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso kala itu.

Sayang seiring dengan lengsernya pria yang akrab di sapa Bang Yos itu, maka kondisi keuangan Persija menjadi tidak jelas. Hal itu setelah dana Anggaran dan Pendapatan Belaja Daerah (APBD) DKI Jakarta yang selama ini menopang kehidupan tim, tak lagi bisa dinikmati.

Akibatnya Persija mengalami krisis finansial yang hingga saat ini masih terus dialami tim yang memiliki pendukung fanatik yang cukup besar bernama Jak Mania.

Pada Superliga Indonesia 2009/10, suasana tak kondusif di dalam manajemen klub membuat kehilangan calon investor. Dampak lainnya, manajemen terlambat memburu pemain. Bahkan untuk kursi pelatih hingga sekarang belum kejelasan siapa yang bertugas. Benny Dollo menjabat sebagai direktur teknik Persija, sementara Rahmad Darmawan resmi menangani klub ini untuk musim 2010/11 setelah melepas jabatan pelatih Sriwijaya FC Palembang.

Pada akhir 2011, PSS mengakui PT. Persija Jaya sebagai administratur di kompetisi resmi. Hal itu membuat terjadinya dualisme di dalam tim asal Jakarta ini. PT. Persija Jaya tampil di Indonesia Premier League (IPL) di penyelenggara Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Sementara PT. Persija Jaya Jakarta tetap ikut di Indonesia Super League (ISL) di bawah PT. Liga Indonesia.



Bangkit Terus Dan Jaya Lah Terus Macan Kemayoran.................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar