Macan Kemayoran sekarang ini lebih dikenal sebagai PERSIJA, JAK Mania
atau Salah satu Organisasi yang ada di Kemayoran. bahkan anak sekolah
sekarang pun banyak yang tidak tahu kalau “Macan Kemayoran” adalah
julukan seorang Murtado pemuda kemayoran yang terkenal dalam “maen
pukulan”. Sungguh ironi bagi masyarakat kemayoran yang seharusnya tahu
cerita rakyat di wilayahnya.
Ali Zainudin Alias Murtado panggilan sehari-harinya. dia hidup pada
abad ke18. Ayahnya adalah bekas seorang lurah di
daerah tersebut. Karena sudah tua, kedudukannya digantikan oleh orang
lain. Murtado mempunyai sifat-sifat yang baik,
tidak sombong, baik kepada anak kecil, hormat kepada orang tua dan
senantiasa bersedia menolong orang-orang yang mendapat kesusahan.
Di
samping itu dia tekun menuntut ilmu agama, mempelajari bermacam-macam
ilmu pengetahuan lainnya seperti ilmu bela diri dan sebagainya. Oleh
karena sifat-sifatnya yang terpuji itu, maka Murtado disenangi oleh
penduduk di kampung tersebut.
Ketika itu, keadaan masyarakat di daerah Kemayoran tidak tenteram. Penduduk selalu diliputi rasa ketakutan, akibat gangguan dari jagoan-jagoan Kemayoran yang berwatak jahat ataupun gangguan dari jagoan daerah lainnya yang datang ke daerah ini untuk mengacau atau merampas harta benda penduduk, kadang-kadang mereka tidak segan-segan membawa lari anak perawan ataupun istri orang yang kemudian diperkosa dan kalau melawan disiksa dan dibunuh. Murtado membela masyarakat kecil dari penindasan kompeni dan Murtado melakukan aksinya mencuri untuk kepentingan kaum miskin dan tertindas.
Ketika itu, keadaan masyarakat di daerah Kemayoran tidak tenteram. Penduduk selalu diliputi rasa ketakutan, akibat gangguan dari jagoan-jagoan Kemayoran yang berwatak jahat ataupun gangguan dari jagoan daerah lainnya yang datang ke daerah ini untuk mengacau atau merampas harta benda penduduk, kadang-kadang mereka tidak segan-segan membawa lari anak perawan ataupun istri orang yang kemudian diperkosa dan kalau melawan disiksa dan dibunuh. Murtado membela masyarakat kecil dari penindasan kompeni dan Murtado melakukan aksinya mencuri untuk kepentingan kaum miskin dan tertindas.
Dalam buku "Cerita Rakyat Daerah DKI Jakarta" terbitan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1982 diceritakan soal keberpihakan
Murtado kepada rakyat kecil.
Salah satunya ketika Murtado melawan
Mandor Bacan. Bacan adalah seorang jago yang mengabdi kepada kompeni
Belanda. Saat itu Bacan tengah mengintimidasi warga yang tengah
menghitung hasil panen.
Hal itu menyulut kemarahan Murtado.
Akhirnya, terjadilah duel antara keduanya yang kemudian dimenangkan oleh
Murtado. Tak mau menerima kekalahan, Bacan kemudian meminta bantuan Bek
Lihun.Sama seperti Bacan, Lihun merupakan seorang jago yang
menjadi kacung Kompeni Belanda. Meski perkelahian tak seimbang terjadi,
Murtado akhirnya berhasil mengalahkan Mandor Bacan dan Bek Lihun.
Karena aksi yang dilakukan sangat
berani seperti macan maka Murtado mendapat julukan "Macan Kemayoran"
dan kemudian namanya di kenal sekota Batavia maka masyarakat memberi
Julukan "Macan Betawi". Nama Murtado diabadikan menjadi jalan dan gang
di Ibukota seperti di dekat Fly Over Jalan Pramuka Raya.
Dan Kemudian julukan "Macan Kemayoran" berubah menjadi MACAN JAKARTA diabadikan buat julukan klub
kesayangan Ibukota Jakarta yaitu "PERSIJA JAKARTA". Menjadi harapan semua pecinta Persija agar dalam mengarungi kompetisi sepakbola di tanah air Persija dapat tangguh dan menjadi Macan yang siap menerkam semua lawan-lawannya.
PERSIJA MACAN KEMAYORAN